Judul : Cara Mengatasi Serangan Hama Tanaman Padi di Musim Hujan
link : Cara Mengatasi Serangan Hama Tanaman Padi di Musim Hujan
Cara Mengatasi Serangan Hama Tanaman Padi di Musim Hujan
Hama Tanaman Padi |
usaha peningkatan produksi padi terus dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan memenuhi kecukupan pangan secara nasional. Namun demimakin, cekaman lingkungan biotik dan abiotik dengan frekuensi yang makin meningkat serta dukungan sumberdaya lahan dan air yang sudah menurun kwalitas dan kuantitasnya, menyebabkan produktivitas padi masih rendah. Perubahan irama iklim yang terjadi makin sulit diramalkan, kondisi seperti ini secara langsung dan tak langsung berdampak pada saat perubahan perilaku organisme yang berkembang di pertanaman padi. Ketidaknormalan iklim ini mengakibatkan juga pada peningkatan gangguan berbagai organisme pada tanaman padi.
Kondisi musim kemarau dengan curah hujan yang masih tinggi membuat peluang besar terhadap berkembangnya organisme pengganggu tumbuhan. Hama wereng batang coklat, penggerek batang padi kuning, dan tikus masih menjadi hama utama, sebab serangannya sering menyebabkan tanaman padi menjadi puso. pada saat musim kemarau 2016 ini menurut pengakuan petani pada Pantura Subang, hama wereng coklat berkembang pesat di beberapa daerah sentra produksi padi pada jalur Pantura dan mengakibatkan produksi padi yang diperoleh hanya berkisar 2,5-4 ton/ha. Hal semacam ini penting diwaspadai oleh petani untuk mempersiapkan pertanaman musim hujan, sebab sumber wereng coklat masih banyak ada pada saat ratun-ratun atau singgang yang tumbuh dari tunggul tanaman padi yang dipanen.
Pada saat di beberapa daerah airnya senantiasa tersedia, petani terus berusaha meningkatkan indeks pertanaman (IP300) yakni dengan menanam padi unggul berumur pendek, sehingga dalam satu tahunnya bisa menanam padi 3 kali. Produksi padi meningkat dengan pola tanam tersebut, akan tetapi pola tanam padi-padi-palawija makin ditinggalkan. Petani tak menyadari bahwa cara budidaya seperti ini membuat makanan bagi serangga hama padi selalu tersedia sepanjang tahun. Apalagi, jika terjadi pada saat hamparan sawah dengan pola tanam yang tak serempak. Kondisi tersebut di atas mendorong peningkatan dengan pesat pojugasi dan serangan hama sebab siklus hidup hama tak putus.
# Jangan lewatkan Cara Budidaya Tanaman Padi Beras Merah
Agroekosistem dan Keseimbangan Alam
Suatu serangga berkembang menjadi hama jika sudah menimbulkan kerusakan yang menyebabkan kerugian. Pergeseran status serangga menjadi hama pada saat rantai kehidupan sangat terkait oleh kegiatan manusia dalam menerapkan praktik teknologi budidaya dalam suatu agroekosistem. Oleh sebab itu, manusialah yang menempatkan suatu jenis serangga dalam kategori hama, baik secara permanen dan temporal. Manusia menganggap serangga sebagai hama, sebab ada kesamaan kebutuhan antara manusia dan serangga dalam hal makanan.
Faktor lingkungan juga sangat menentukan keberadaan suatu spesies serangga di tempat tertentu. Selain faktor ketersediaan makanan, hubungan suatu spesies organisme yang satu dengan organisme lainnya juga sangat menentukan kelangsungan hidupnya. Prinsip ekologi ialah mengatur hubungan atau interaksi antara serangga dengan serangga atau dengan organisme lain dan juga manusia. Perkembangan teknologi yang makin pesat mendorong manusia untuk makin jauh memodifikasi keterkaitan interaksi antar organisme dalam sistem kehidupan dalam lingkup keseimbangan alam pertanian.
Manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dengan sengaja mengubah ekosistem alami menjadi ekosistem baru. Agroekosistem merupakan ekosistem baru yang sengaja diciptakan khusus untuk kepentingan pertanian. Dalam agroekosistem komponennya lebih sederhana, biasanya terdiri dari pojugasi tanaman pertanian seragam (monokultur). Misalnya di sawah hanya ada tanaman padi saja. Sehingga keanekaragaman tanaman dalam agroekosistem sangat kecil, dan interaksi antar species organisme yang menghuninya menjadi sangat sederhana atau tak stabil. Dengan menyederhanakan ekosistem, tanpa disadari bahwa manusia sebenarnya sudah mengubah keseimbangan alam. Keadaan ini bisa menyebabkan spesies serangga yang cocok dengan lingkungannya bisa bertambah dengan cepat. Serangga tersebut mempunyai tingkat reproduksi yang cepat dengan waktu generasi yang pendek. Sehingga serangga tersebut mempunyai potensi berkembang dalam waktu singkat menjadi pengganggu dengan merusak tanaman budidaya, sebab hilang faktor pengendalinya secara alami.
Pada saat kondisi keseimbangan, suatu serangga sebagai salah satu komponen dalam ekosistem pojugasinya selalu dikendalikan oleh berbagai faktor lingkungan sehingga tak mudah terjadi peledakan pojugasi. pada saat ekosistem alami, secara bersamaan faktor-faktor sebagai komponen lingkungan punya peranan dalam melakukan pengendalian secara alami terhadap suatu serangga. Musuh alami yang umum ialah predator, parasitoid, dan patogen punya peluang besar untuk berkembang.
Program pengendalian suatu hama, umumnya hanya dilakukan penekanan terhadap pojugasi serangga hama saja, belum berdasarkan konsep sistem kehidupan. Pendekatan terhadap sistem kehidupan bisa membantu mengembangkan kerangka pemikiran pengendalian hama yang konsepsional. Rekayasa ekologi dengan meningkatkan keragaman genetik tanaman di sekitar lahan pertanian sangat penting dikembangkan. Berbagai jenis tanaman bisa menyediakan makanan & sebagai reservoir tempat berlindung bagi serangga netral & predator. Keanekaragaman tanaman yang tinggi diharapkan meningkatkan keanegaragaman serangga yang menguntungkan, sehingga bisa menjaga sistem keseimbangan secara alami.
Pengendalian Hama
Pojugasi serangga hama ditekan dengan menggunakan insektisida oleh manusia sudah sejak lama. Seiring dengan berjalannya waktu, makin banyak insektisida yang digunakan di lahan pertanian baik jenis dan dosisnya, namun demimakin kerusakan tanaman akibat serangan hama tak kunjung berhenti. Banyak jenis insektisida yang beredar di lapangan menyebabkan makin banyak pengaruh samping penggunaan insektisida, seperti:
- Resistensi hama terhadap insektisida.
- Resurgensi hama, dan
- Pencemaran lingkungan.
Resistensi hama terhadap insektisida tertentu merupakan masalah yang sudah umum terjadi di lapangan pertanian. Resistensi juga menyebabkan terjadinya resurgensi, sehingga hama bisa berkembang dengan baik dan pojugasinya bisa berlipat (pest outbreaks). Resistensi merupakan salah satu fenomena evolusi. Serangga hama mengadakan adaptasi agar bisa terus bertahan hidup di lingkungannya walaupun ada tekanan, termasuk penggunaan insektisida. Resistensi serangga hama sudah terjadi, terhadap hampir semua jenis insektisida. Berdasarkan hal tersebut di atas, penting dikembangkan konsep pengendalian hama yang berlandaskan prinsip-prinsip ekologi misalnya pengendalian hama terpadu (PHT).
Pengendalian Hama Terpadu
Marilah kita bersam-sama mengingat kembali konsep pengendalian hama terpadu (PHT), agar budidaya tanaman pertanian bisa diusahakan secara maksimal dengan tetap menjaga keseimbangan lingkungan. PHT ialah suatu teknik pengendalian hama dengan cara manijugasi agroekosistem secara menyeluruh mempergunakan berbagai jenis teknik pengendalian yang sesuai & dilakukan dengan bijaksana secara terpadu sehingga pojugasi serangga hama bisa ditekan sampai tak merugikan secara ekonomi. PHT tidak mengandalkan hanya satu cara saja, tetapi dengn mengkombinasikan berbagai macam cara. Pengendalian cara ini diharapkan seminimal mungkin mengganggu musuh alami dari hewan pengganggu tersebut. Penggunaan insektisida dalam program PHT harus secara selektif.
Sebagai contoh teknologi pengendalian wereng coklat bisa beraneka ragam, bisa disesuaikan dengan komponen pengendali yang ada mulai dari bercocok tanam, pergiliran varietas, manujugasi musuh alami, dan pemilihan insektisida.
# Perbaikan Cara Bercocok Tanam
Beberapa hal yang penting diperhatikan diantaranya ialah:
1. Membersihkan lingkungan dari sisa-sisa tanaman musim sebelumnya yang menjadi sumber penyakit atau hama.
2. Penanaman dilakukan tepat waktu, dikombinasikan dengan perkiraan datangnya hama, atau monitoring hama dengan lampu perangkap.
3. Tanam secara serempak, sangat berguna untuk mengurangi kelimpahan hama. Dalam satu hamparan tak ada tanaman yang mendahului sebab biasanya menjadi sumber penularan hama.
4. Tanam dalam barisan yang teratur, untuk memperlancar gerakan angin dan cahaya matahari masuk dalam pertanaman. Sehingga bisa meniadakan iklim mikro yang cocok untuk perkembangan serangga hama.
5. Menanam berbagai tanaman penghasil nektar di sekitar sawah, sebagai makanan bagi serangga netral dan predator.
# Pergiliran Varietas
Penggunaan varietas tahan merupakan cara pengendalian yang paling murah & mudah diterapkan. Penggunaan varietas tahan pada umumnya kompatibel dengan cara pengendalian yang lain. Penggunaan varietas yang sama & tak diketahui tingkat ketahanannya terhadap suatu OPT secara terus menerus, bisa mendorong terjadinya perubahan sifat biologi OPT setempat sehingga dengan cepat bisa meningkatkan kerentanan tanaman itu sendiri. Sutu varietas yang ditanam tanpa henti 4 - 5 musim bisa patah ketahanannya. Penanaman yang multi varietas bisa menghambat proses perkembangan biotipe baru wereng coklat. Biotipe wereng yang berkembang sebagai hasil dari tekanan genetik di lapangan dan merupakan suatu proses yang mendekati seleksi alam.
Pergiliran varietas antar musim penting dilakukan hal semacam ini berhubungan dengan sifat dari wereng coklat yang mudah beradaptasi dengan varietas yang baru dilepas. Varietas tahan yang terus menerus ditanam secara luas, akan berdampak makin lama akan kian mudah terserang wereng coklat dengan berusaha membentuk biotipe yang baru. Biotipe yang baru pada umumnya lebih sulit untuk dikendalikan. Jadi hendaknya untuk secara bergiliran bervariasi berbagai varietas dalam menanam padi.
# Penggunaan Insektisida
Perlu diketahui, insektisida yang dianjurkan untuk pengendalian wereng pada saat tanaman padi menurut Inpres No. 3. 1986, ialah senyawa pengatur pertumbuhan buprofezin, BPMC, MIPC, serta karbofuran. Dari hasil penelitian terakhir sebaiknya menggunakan insektisida fipronil yang berdaya tangkal rangkap untuk mengendalikan wereng coklat dan penggerek, sedangkan imidakropid sangat baik untuk mengendalikan wereng hijau dan wereng coklat. Insektisida-insektisida ini belum dilaporkan menimbulkan efek resurgensi pada saat hama wereng. pada saat pada saat ada serangan wereng coklat tak diperbolehkan menggunakan insektisida yang dilarang.
Dalam mengendalikan wereng secara efektif dipentingkan adanya pengsangatan atau peramalan perkembangan pojugasi wereng coklat sesudah wereng imigran datang di pertanaman dan berkembang menurunkan generasinya. Di wilayah Indonesia ambang ekonomi wereng coklat terbaru berdasarkan kajian analisis ekonomi harus didasarkan pada saat 3 fase pertumbuhan tanaman padi. Aplikasi insektisida yang direkomendasikan dilakukan jika wereng coklat 3-5 ekor/rumpun pada saat padi umur kurang dari 20 hari sesudah tanam (HST), atau 5-9 ekor/rumpun pada saat padi umur 20-40 HST, atau jumlah wereng 10-20 ekor/rumpun pada saat padi umur lebih dari 40HST.
Teknologi budidaya seperti tersebut di atas bersifat praktis, murah, dan juga mudah diterapkan. Pertanaman yang dirancang dengan teknik budidaya berdasar pada saat konsep ekologi mempunyai peluang kesuksesan yang besar dalam mengendalikan perkembangan hama. Pojugasi hama yang berkembang sedikit berdampak pada saat penggunakan insektisida berkurang.
# Baca juga Produsen Karung Beras, Karung Laminasi
(Sumber: http://bbpadi.litbang.pertanian.go.id)
Demikianlah Artikel Cara Mengatasi Serangan Hama Tanaman Padi di Musim Hujan
Sekianlah artikel Cara Mengatasi Serangan Hama Tanaman Padi di Musim Hujan kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Cara Mengatasi Serangan Hama Tanaman Padi di Musim Hujan dengan alamat link https://karungplastik77.blogspot.com/2017/03/cara-mengatasi-serangan-hama-tanaman.html
0 Response to "Cara Mengatasi Serangan Hama Tanaman Padi di Musim Hujan"
Posting Komentar